Membutuhkan sekitar 4-5 jam waktu perjalanan dari Jakarta menuju Ciwidey
yang terdapat wisata Kawah Putih. Sebelum sampai ke tempat wisata Kawah
Putih itu, kita akan disuguhkan pemandangan menarik di samping
pemandangan yang membosankan ketika berada di jalan tol, yang
menjadi jalan cepat menuju ke sana, yaitu kebun buah stroberi yang
terdapat di rumah-rumah warga di sepanjang jalan Ciwidey, maupun kebun
milik orang yang memang pengusaha atau pernghasil buah stroberi. Semua
bisa kita temukan setelah melewati jalan tol yang panjang dan setelah
melalui jalan raya Kopo, Bandung yang kita capai setelah keluar dari
gerbang tol Kopo, Bandung.
Merah merekah dan menggoda lidah siapapun yang melihat buah stroberi
yang masih bergantung di pohonnya, berjejer di perkebunan yang letaknya
di pinggir jalan raya. Perkebunan stroberi yang berada di pinggir jalan
sepanjang jalan Ciwidey itu rupanya menawarkan hal menarik, yaitu
memetik stroberi sendiri dari pohonnya. kesempatan seperti ini jarang
bagi kita terutama orang Jakarta dan daerah lainnya yang jauh dari
perkebunan stroberi berkesempatan memetik sendiri dan memilah stroberi
yang bagus. Tentunya ini tidak gratis, jika kita tertarik dan
berkeinginan memetik stroberi itu, diwajibkan untuk membayar. Menurut
pemilik perkebunan itu, mereka mematok tarif memetik buah stroberi itu
Rp.35.000- Rp. 40.000 per-kilogram stroberi yang telah dipetik. Mereka
juga menyediakan stroberi yang sudah dalam kemasan dan siap dikonsumsi,
dan harganya pun lebih murah karena terima jadi, tidak bisa memilah.
Setelah sekitar satu jam melewati perkebunan stroberi itu, sampailah
kita pada pintu masuk tempat wisata yang dituju itu, yaitu wisata alam
Kawah Putih yang katanya sangat populer keindahannya itu, sebab banyak
orang-orang yang menjadikan kawasan wisata ini untuk objek foto mereka
terutama bagi sepasang kekasih yang hendak menikah, seperti foto pre-wedding.
Lahan parkir yang luas dan bersih serta penataan pedagang yang
menjajakan oleh-oleh khas daerah itu tertata rapi walapun belum maksimal
karena sebagian masih dalam tahap pembangunan. Adapun harga tiket masuk
per-orang sekitar Rp. 12.000. Tapi, jangan salah, kita belum sampai ke
Kawah Putihnya, masih membutuhkan waktu sekitar 15 menit lagi untuk
mencapai tujuan utama. Pintu masuk pertama itu hanya untuk membeli tiket
masuk dan parkir kendaraan-kendaraan besar seperti bus dan semacamnya.
Namun, bagi yang membawa kendaraan pribadi-mobil kecil, sedan dsb- dapat
langsung masuk ke tempat utama menggunakan kendaraan pribadinya itu.
Bagi yang menggunakan bus atau kendaraan lain yang besar, tidak dapat
menuju ke tempat tujuan dengan menggunakan bus atau kendaraan besar
lainnya karena jalan menuju ke sana hanya muat untuk dua mobil sedan,
itupun harus berhati-hati karena sangat mepet. Mereka yang menggunakan
kendaraan besar itu dapat menumpang mobil pick up atau angkot
khusus yang disediakan pengelola tempat wisata itu untuk mengantar
jemput wisatawan dengan membayar sekitar Rp.10.000 per-orang
(Antar-jemput).
Di perjalanan masuk itu kita dapat melihat pemandangan yang sangat asri
dan sejuk dengan pohon kayu putih yang menjulang tinggi dan rimbun.
Medan jalan memang agak terjal, baik itu menanjak maupun menurun,
sehingga diperlukan kehati-hatian bagi pada pengemudi. Selain itu juga
banyak wisatawan yang menggunakan sepeda motor, terutama anak-anak muda
dengan kekasihnya maupun klub motor dari berbagai daerah.
Perjalanan itu terasa singkat karena selama perjalanan masuk, kita juga
disuguhkan pemandangan indah dan sejuk -dengan pepohonan kayu putih yang
menjulang tinggi dan rimbun-, seakan kita lupa akan lamanya perjalanan.
Ketika sampai di tempat utama yaitu Kawah Putih, kita terlebih dahulu
disambut pedagang-pedagang yang menawarkan jajanan khas kota Ciwidey,
Bandung dan beberapa macam pernak-pernik.
Sudah tak sabar tentunya untuk melihat seperti apa tetesan
surga itu. Saat kita turun dari kendaraan yang di parkir memang belum
terlihat Kawah Putih yang dimaksud. Kita harus menempuh jarak 200-250
meter dengan berjalan kaki untuk dapat melihatnya dengan jelas dan
merasakan bau belerang yang terasa pekat dihidung.
Di perjalanan masuk, kita dapat melihat beberapa papan-papan yang
bertuliskan tentang larangan dan informasi ketika nanti sampai di Kawah
Putih itu. Ada juga papan yang menuliskan sejarah Kawah Putih itu
sendiri.
Akhirnya, saat yang kita tunggu-tunggu setelah menempuh perjalanan dari rumah (asal daerah), melewati tol,
kebun stroberi dan melewati hutan kayu putih sampai berjalan kaki tuk
mencapai tempat utama yaitu melihat keindahan Kawah Putih dan menghirup
aroma belerang yang masih sangat terasa. Di situ kita dapat melihat
danau yang berisikan air belerang yang berwarna biru kehijauan, serta
bukit-bukit yang konon bekas pertambangan belerang pada zaman kolonial
Belanda. Pepohonan yang dalam perjalanan terlihat rimbun dan asri,
ternyata tak bisa tumbuh sehat pada daerah sekitar kawah, mungkin karena
kandungan belerang atau mungkin juga disebabkan hal lain, sehingga
pepohonan terlihat kering kerongtang hanya meninggalkan batang, namun
itu menjadi ciri khas tersendiri dari tempat itu sehingga banyak yang
menjadikannya background untuk berpose dengan kamera foto.
Selain berpose dan menikmati pemandangan yang indah, kita juga mencicipi air
belerang yang katanya dapat menyembuhkan penyakit luar, seperti
luka-luka, borok dsb, dengan menyiram atau merendam bagian yang terdapat
penyakitnya.
Pemandangan dan suasana dingin akan makin nikmat ketika gerimis turun
dari langit yang secara otomatis membuat kabut turun menyelimuti
permukaan kawah dan sekitarnya. Bagi yang paranoid akan kabut memang hal
itu terasa menakutkan, karena cuaca tiba-tiba menjadi gelap ditutupi
kabut dan jarak pandang kita pun terbatas. Namun, bagi pekerja fotografi
atau orang yang hobi memotret tentunya momen ini akan menjadi objek
foto yang bagus dan sangat terasa natural seperti wilayah yang belum
terjamah manusia.
Lengkap sudah rasanya, kita menikmati keindahan alam yang sangat eksotis
ini, di samping biayanya yang murah, tempat wisata alam Kawah Putih ini
juga dapat menyadarkan kita akan pentingnya menjaga lingkungan agar
tetap asri dan ramah terhadap manusia di tengah fenomena pemanasan
global yang membuat alam ini rusak.
Edited from http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2010/02/02/setetes-keindahan-surga-wisata-kawah-putih/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar